"Salah satu amanat di PP tersebut adalah Pemerintah Daerah menyediakan anggaran/dana untuk masyarakat kurang mampu dan dapat menggunakan dana tersebut untuk membangun teknologi Smart Grid untuk mempercepat capaian rasio elektrifikasi di wilayah masing-masing," Arifin menjelaskan.
Arifin pun mengapresiasi upaya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berhasil melakukan modernisasi infrastruktur ketenagalistrikan melalui digitalisasi dengan penerapan Advanced Metering Infrastructure (AMI) di Jakarta dan penerapan Digital Substation di proyek Sepatan II. Pengembangan Smart Grid juga telah dilakukan melalui Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic & Optimization Center (REMDOC) dan Reliability Efficiency Optimization Center (REOC).
Pada kesempatan yang sama, Director Energy Market and Security International Energy Agency (IEA) Keisuke Sadamori mengapresiasi penyelenggaraan webinar ini. Keisuke melihat webinar ini sebagai langkah penting dalam kolaborasi dengan Indonesia yang semakin meningkat. Apalagi, Smart Grid bisa berperan dalam menjawab tantangan elektrifikasi di Indonesia.
"Tidak ada solusi tunggal untuk bisa menyediakan akses terhadap listrik yang bersih, aman, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia. Butuh kerja sama antara pemerintah, BUMN, dan swasta untuk mengerahkan berbagai solusi yang dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi sistem dalam skala besar serta kualitas listrik di skala kecil atau sistem di daerah terpencil," ujar Keisuke.
Webinar ini merupakan webinar pemuncak dalam rangkaian webinar Smart Grid yang dimulai pada 9 Februari 2021. Acara ini dihadiri oleh pemangku kepentingan dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, badan usaha, asosiasi profesional, akademisi, organisasi internasional termasuk IEA, Asian Development Bank (ADB), Danish Energy Agency, dan United States Agency for International Development (USAID).