EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan mulai mengurangi likuiditas atau tapering off pada awal 2022. Center of Reform on Economics (CORE) menilai kebijakan tersebut akan berdampak pada meningkatnya volatilitas di pasar keuangan.
"Hal ini seiring dengan investor yang sering melakukan konsolidasi akibat sentimen tapering off, karena komentar dari pejabat The Fed juga akan mempengaruhi psikologis pasar keuangan," kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, Jumat (30/7).
Kebijakan The Fed ini juga akan berpengaruh pada pergerakan pasar saham. Selain itu, menurut Yusuf, nilai tukar rupiah akan berpotensi melemah di awal The Fed melakukan tapering off karena ada aliran modal yang keluar. Namun, Yusuf melihat kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama.
"Saya yakin Bank Indonesia akan melakukan intervensi jika pelemahan nilai tukarnya sangat dalam," kata Yusuf.
Secara umum, Yusuf melihat, kebijakan The Fed ini akan berdampak pada sektor-sektor swasta yang melakukan utang dalam mata uang dolar AS. Untuk itu mereka perlu memitigasi rencana The Fed ini. Hedging atau lindung nilai merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan.
Menurut Yusuf, otoritas moneter perlu mengantisipasi dengan melakukan kebijakan intervensi seperti suku bunga acuan, intervensi di pasar spot, tunai hingga di pasar SBN. Berbagai instrumen ini dinilai dapat menekan aliran modal keluar.
Dari sisi non-moneter, pemerintah harus menjaga neraca dagang berada pada level yang akomodatif agar tidak mengganggu neraca transaksi berjalan. Neraca transaksi berjalan ini penting karena akan ikut mempengaruhi keputusan BI dalam mengambil kebijakan salah satunya terkait suku bunga.