EKBIS.CO, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menanggapi viralnya barter emas yang disebut terjadi di Papua. Indef menduga prakter barter memang masih terjadi di pedalaman Indonesia.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan barter terjadi disebabkan akses yang belum merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ia menyinggung masih belum maksimalnya penetrasi layanan pembayaran bagi mereka.
"Ini gambaran ketimpangan akses di Indonesia. Di pedalaman praktek barter masih terjadi karena keterjangkauan layanan pembayaran belum menjangkau mereka," kata kepada Republika, Sabtu (14/8).
Eko mengungkapkan praktek barter berpeluang besar terjadi tak hanya di Papua, melainkan di seluruh pedalaman Indonesia. Komoditas yang digunakan untuk barter bisa berbeda-beda tergantung kekayaan alam di daerah itu.
"Ada ribuan pulau di Indonesia, di pedalaman ya sangat mungkin praktik ini masih terjadi di tempat lain, walaupun tidak harus pakai emas," ujar Eko.
Eko menyayangkan praktek barter yang masih terjadi di Tanah Air. Ia mengingatkan supaya pelaku barter mengurungkan niatnya meneruskan praktek itu. Pasalnya, tak ada standar pasti dalam barter. Suatu barang bisa dihargai berbeda-beda dalam transaksi.
"Dampaknya tentu saja transaksi jadi tidak efisien, jika barang dengan barang maka standar nilai juga bisa beda-beda," ucap Eko.
Sebelumnya, viral video yang memperlihatkan barter atau saling tukar di pedalaman Papua memakai emas di media sosial. Video tersebut dibagikan akun Instagram @makasar_iinfo pada Jumat (13/8).
Dalam postingan itu terdapat video memperlihatkan harga paketan internet di sebuah warung. Daftar harga internet itu ditulis di kertas kemudian ditempel di depan pintu warung.
"Ini yang mau tahu harga voucher wifi. Ini untuk wifi Ubiqu dia itu 100 MB 1 kaca (0,1 gr emas). Sampai 1 GB itu 1 gram" ucap perekam video.
"Begini cara barter di pedalaman Papua Indonesia, barternya menggunakan emas WOWW....' tulis keterangan di dalam video.