EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Keuangan mencatat penawaran pada lelang surat utang negara (SUN) masih cukup baik dengan partisipasi investor dalam dan luar negeri yang tinggi.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan, pelaku pasar masih mencerna sejumlah faktor global maupun domestik yang mempengaruhi pergerakan pasar SUN. Seperti, arah perbaikan ekonomi global, volatilitas yield US Treasury, perkembangan kasus Covid-19 varian Delta, dan pidato Presiden Joko Widodo terkait RAPBN 2022.
"Incoming bids pada lelang kemarin masih cukup solid di atas target indikatif yang diumumkan pemerintah," ujar Deni dalam keterangan resmi seperti dikutip Kamis (19/8)
Menurutnya di tengah likuiditas yang masih cukup tinggi, pelaku pasar masih cukup percaya diri dapat berpartisipasi pada lelang SUN hari ini dengan bid yang masuk mencapai Rp 77,07 triliun. Adapun penawaran masuk masih didominasi investor domestik dengan proporsi sebesar 91,25 persen serta permintaan tertinggi pada tenor enam tahun (FR090) dan 11 persen (FR091).
"Partisipasi asing sebesar 8,25 persen dari total bids yang masuk pada lelang hari ini dengan preferensi tenor yang sama dengan investor domestik," kata dia.
Ia menyebut, Weighted Average Yield (WAY) dalam lelang ini yang dimenangkan untuk seri Obligasi Negara di bawah 30 tahun yang ditawarkan, naik tipis sebesar 1-6 bps dibandingkan pada lelang sebelumnya. Dari sisi lain, untuk tenor 30 tahun (FR089) terdapat penurunan WAY sebesar satu bps.
"Namun, dibandingkan dengan level yield pada pasar sekunder, untuk WAY pada tenor di bawah 30 tahun umumnya mengalami penurunan sebesar satu sampai empat bps," ungkap Deni.
Sebelumnya, pada lelang SUN rutin pada Rabu, pemerintah menyerap dana sebesar Rp 30 triliun dari lelang tujuh seri SUN di pasar perdana dengan penawaran masuk mencapai Rp 77,07 triliun.
Dengan adanya lelang ini, maka secara keseluruhan jumlah pembiayaan negara yang berasal dari lelang SUN selama Januari sampai Agustus 2021 mencapai Rp 502,24 triliun.