EKBIS.CO, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) berupaya mendorong peran industri nasional maupun lokal terhadap perekonomian masyarakat di sekitar wilayah operasional. Ini bertujuan agar tercipta efek berganda bagi perekonomian nasional dan daerah.
Hal tersebut salah satunya dilakukan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Para nelayan di daerah tersebut berhasil mendulang omzet dari hasil budi daya ikan kerapu binaan Medco E&P Natuna Ltd (Medco E&P).
Community Development Specialist Medco E&P Natuna Fahmi Abdila mengatakan, Medco E&P memperkenalkan budi daya ikan kerapu yang saat itu masih diperoleh para nelayan secara manual dari laut. “Kini sejumlah 125 nelayan dari 12 desa tergabung dalam program budi daya ikan kerapu dengan Keramba Jaring Apung (KJA) yang awalnya didirikan pada 2007,” kata Fahmi, Jumat (22/10).
Dalam program pembinaan tersebut, Medco E&P memfokuskan pada teknik penetasan kerapu, seperti pemijahan, telur, dan larva. Selain itu, perusahaan mendirikan pakan pembibitan alami di Keramba Jaring Apung yang merupakan fasilitas terapung yang dikembangkan sebagai sarana praktis untuk menciptakan usaha pembenihan ikan karang.
Ia mengatakan, Medco E&P juga melakukan pendampingan para nelayan untuk menguasai masalah pengelolaan kelembagaan usaha, pendistribusian, penjualan benih ikan, serta memperluas akses ke pemasok dan pasar. Saat ini, Keramba Jaring Apung telah berkembang menjadi Balai Benih Ikan.
VP Relations & Security Medco E&P Arif Rinaldi menambahkan, dalam empat tahun terakhir balai tersebut telah mendistribusikan sebanyak 39.667 benih ikan dengan omzet senilai Rp 1,245 miliar. Adanya Balai Benih Ikan membuat para nelayan menjadi lebih mudah mendapatkan bibit ikan karena sarana pemeliharaan bibit dalam program Keramba Jaring Apung.
Nelayan dapat membeli sejumlah bibit sesuai kemampuan. Sebelumnya, dengan modal Rp 5 juta, mereka belum bisa mendapatkan seratus ekor bibit karena bibit harus dibeli dari kawasan Natuna. Kini, nelayan dapat memelihara bibit ukuran kecil dengan metode keramba tancap yang memakai jaring gantung atau apung.
“Nelayan menjadi berani memelihara bibit ukuran kecil, sehingga tidak membutuhkan modal besar. Hal ini menjadikan nelayan dapat memperoleh keuntungan lebih besar dan meningkatkan penghasilan,” ucapnya.
Industri hulu migas masih menjadi sektor vital dalam perputaran roda perekonomian nasional maupun daerah, bahkan di tengah hantaman pandemi Covid-19. Kehadiran industri ini tidak hanya memberikan dampak positif pada pendapatan pemerintah daerah melalui dana bagi hasil migas, juga pada masyarakat melalui dampak tidak langsung atas beroperasinya suatu wilayah kerja migas.
Pada 2020, kontribusi hulu migas ke penerimaan negara sebesar Rp 122 triliun atau 144 persen dari target APBN-P 2020. Pada September 2021, realisasi penerimaan negara dari sektor hulu migas sebesar 9,53 miliar dolar AS atau melebihi target tahun ini sebesar 7,28 miliar dolar AS.
Terkait tingkat komponen dalam negeri (TKDN), pemerintah telah menetapkan tingkat capaian pada hulu migas sebesar 57 persen. Adapun nilai pengadaan hulu migas sebesar 6,051 miliar dolar AS pada tahun ini, maka ada sekitar 3,448 miliar dolar AS alokasi TKDN yang akan mendukung industri nasional.