“Karena itu, memerlukan strategi tersendiri untuk menciptakan suatu kondisi positif. Sehingga angka konsumsi telur atau olahan telur perkapita meningkat dan merata serta harganya lebih stabil,” kata Setyo Wasisto Komisaris PT WMP.
Setyo mengatakan, sektor perunggasan khususnya telur ayam ras harus bisa mencapai titik keseimbangan antara peternak, pedagang dan konsumen. “Ketiga komponen tersebut berhubungan erat sehingga peternak bisa tersenyum, trader mempunyai margin profit yang cukup dan konsumen mampu membeli karena daya beli cukup baik,” ujarnya.
Oleh sebab itu, kata Setyo, perlu adanya kehadiran pabrik pengolahan telur di Indonesia mempunyai nilai strategis sebagai salah satu solusi pamungkas menciptakan kegairahan peternak baik mandiri maupun korporasi. Hal itu, kata dia, akan meningkatkan semangat pedagang sebagai middle man dan konsumen mampu membeli dengan daya beli cukup kuat.
Selain itu juga, Setyo menambahkan, industri pengolahan telur sebagai upaya untuk memperpanjang masa pakai telur itu sendiri, sehingga dapat didistribusikan ke seluruh pelosok negeri secara merata.
"Dan, pada gilirannya konsumsi per kapita telur di Indonesia meningkat dan angka stunting nasional menurun dengan harga telur di pasaran cenderung stabil," ujar dia.
Sementara itu, General Manager PT Intan Kenkomayo Indonesia (IKI) Eddy Sukianto, mengatakan sejak awal berdiri pada tahun 2013, IKI terus berupaya untuk memenuhi pasar produk olahan telur yang terus berkembang, baik di dalam maupun di luar negeri. Perusahaannya sejauh ini fokus memproduksi telur cair pasteurisasi.
Di Indonesia, menurut dia, telur cair pasteurisasi sangat diminati produsen kue dan roti serta industri hotel, restoran dan katering karena dapat meningkatkan efisiensi produksi dan lebih higienis.
Lebih jelas Eddy menyampaikan, saat ini IKI memiliki kapasitas produksi telur cair sebesar 1.200 ton per tahun, mayones 2.000 ton per tahun, dan saus 3.000 ton per tahun.
“Kami akan terus berinovasi mengembangkan produk dan kami optimis dengan dukungan regulasi dari pemerintah terkait pembatasan impor produk olahan telur. Lalu dengan berkembangnya Horeka, industri pengolahan telur di Indonesia akan berkembang pesat,” ujarnya.
Permintaan olahan telur seperti telur cair beku dan tepung telur masih tinggi, tapi Indonesia masih mengimpor. Padahal produksi telur dalam negeri cukup melimpah. Eddy mengatakan kondisi itu menjadi dilema.
Karena itu, kata Eddy, pelaku usaha siap bersinergi dengan peternak menyerap telur dalam negeri, tetapi pemerintah juga harus mendorong berupaya regulasi, supaya industri olahan telur bergairah.