Sementara itu, Analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat menambahkan pihaknya juga memandang prospek pertumbuhan Mitratel sangat menarik mengingat tren konsolidasi industri menara dan terus bertumbuhnya permintaan atas akses internet.
"Menara telekomunikasi saat ini merupakan salah satu infrastruktur utama dalam penyediaan akses internet nasional," ucapnya.
Mandiri Sekuritas memperkirakan pendapatan perseroan hingga ujung tahun sebesar Rp 6,71 triliun atau tumbuh 8,5 persen dari tahun lalu. Selain itu, EBITDA ditaksir naik 19,8 persen YoY jadi Rp 5 triliun dan laba bersihnya akan melesat 127,2 persen YoY ke Rp 1,36 triliun
Pada kuartal III 2021, Kresna melihat Mitratel memiliki modal yang kuat untuk mempertahankan pertumbuhan revenue dan profit yang kencang karena kolokasi permintaan organik dan dukungan dari akuisisi menara Telkomsel.
Seiring prospek kinerjanya yang masih mentereng, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas memperkirakan prospek harga saham MTEL ke depan akan semakin positif. Harganya dinilai sangat menarik dibeli karena sudah sangat murah.
Niko merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 1.040 yang menyiratkan 14,2x enterprise value to earning earning before interest tax, depreciation, and amortization (EV/EBITDA).
Menurutnya, valuasi Mitratel saat IPO juga sudah cukup rendah sekitar 11 x. Sementara benchmark valuasi emiten menara sekitar 13x EV/EBITDA dan saat ini valuasinya sudah semakin murah.
Dia melihat penurunan valuasi itu kemungkinan karena investor masih ragu-ragu karena saham emiten menara memang punya korelasi dengan suku bunga mengingat utang perusahaan sejenis ini cukup besar. Selain itu, investor kemungkinan berpikir Mitratel tidak akan berkembang karena hanya menyewakan menaranya ke Telkomsel.
"Padahal rasio leverage Mitratel ini sangat kecil saat ini. Utangnya ada sekitar Rp 19 triliun tetapi perusahaan baru dapat dana IPO sebesar Rp 18,5 triliun. Jadi rasio utangnya tipis, sehingga seharusnya dia tidak banyak terpengaruh kalau suku bunga naik," pungkasnya.