Meski pemerintah telah menahan beberapa harga seperti BBM jenis Pertalite dan Solar, LPG serta listrik namun harga energi seperti avtur tetap memengaruhi inflasi. Adapun kenaikan harga energi seperti avtur menyebabkan sektor transportasi udara menaikkan harga terutama pada tiket pesawat sehingga berpengaruh pada inflasi.
“Beberapa barang diatur tarifnya oleh pemerintah namun tidak semuanya bisa kita tahan,” ucapnya.
Tak hanya itu, ketegangan yang terjadi di China dan Taiwan juga semakin mengancam perekonomian global. "Ketegangan melonjak tinggi di Taiwan. ini pasti akan menimbulkan risiko pada disrupsi sisi suplai," ucapnya.
Namun, Sri Mulyani menyebut akibat adanya disrupsi suplai akibat pandemi dan geopolitik, sementara demand side meningkat menyebabkan inflasi yang melonjak sangat tinggi. Dia menuturkan inflasi di Amerika Serikat dan Eropa tertinggi 40 tahun terakhir.
Dengan inflasi bergejolak sangat tinggi, lanjutnya, dilakukan respon kebijakan moneter melalui pengetatan likuiditas dan suku bunga.
"Ini menimbulkan efek spillover ke berbagai negara. Volatilitas pasar keuangan melonjak, capital outflow terjadi di negara berkembang dan emerging sehingga menekan nilai tukar rupiah dan meningkatkan cost of fund atau lonjakan biaya utang," ucapnya.