EKBIS.CO, JAKARTA-- Kementerian Keuangan menyatakan konsistensi ekspansi sektor manufaktur nasional dalam 14 bulan secara berturut-turut merupakan sinyal adanya penguatan permintaan dalam negeri dan ekspor. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur pada Oktober 2022 masih melanjutkan tren ekspansif dari 13 bulan sebelumnya berada level 51,8, meski sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada level 53,7.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan output produksi juga masih dalam tren ekspansif sejalan dengan indikator kapasitas produksi dari hasil survei Bank Indonesia yang naik mendekati level pra-pandemi pada kuartal III-2022.
“Hal ini tentunya patut kita syukuri karena terjadi di tengah risiko global yang masih eskalatif,” ujarnya, Rabu (2/11/2022).
Dia menuturkan secara keseluruhan optimisme pelaku usaha terus meningkat dan tingkat permintaan dalam negeri masih kuat sehingga diharapkan menjadi landasan bagi sektor manufaktur untuk terus konsisten berada zona ekspansif.
“Pemerintah terus mengoptimalisasi APBN sebagai shock absorber agar dapat mendorong permintaan masyarakat untuk mendukung optimisme sektor usaha,” ucapnya.
Pemerintah bersama otoritas terkait pun akan mengantisipasi berbagai risiko global yang berpotensi memengaruhi neraca perdagangan serta perekonomian secara umum. Adapun risiko-risiko itu di antaranya meliputi melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju karena terpengaruh inflasi sebagaimana tercermin dalam WEO Oktober 2022 serta mitra dagang utama seperti China.
Terjaganya PMI manufaktur zona ekspansif turut terjadi di negara lain seperti Thailand 51,6 dari September 55,7, Vietnam 50,6 dari September 52,5, Australia 52,7 dari September 53,5 dan Jepang 50,7 dari September 50,8. Dari sisi lain, terdapat beberapa negara yang PMI manufaktur mengalami kontraksi antara lain Malaysia 48,7, Taiwan 41,5 dan Korea Selatan 48,2.