Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan banyak yang harus diperbaiki dalam pemberian subsidi energi untuk masyarakat. Menurut Ahok, pemberian subsidi energi saat ini masih tidak tepat sasaran.
Subsidi yang seharusnya diberikan untuk masyarakat miskin justru malah memperkaya oknum agen yang 'bermain' saat penyaluran.
"Subsidi bukan subsidi orang miskin. Subsidi oknum-oknum agen tambah kaya," kata Ahok.
Pada subsidi elpiji, Ahok mendapatkan banyak pengaduan warga di pedesaan di mana harga elpiji bersubsidi mahal bahkan sampai Rp 50 ribu per tabung. Menurutnya, hal ini harus ditindak karena hanya akan menyusahkan masyarakat.
"Kalau saya setop (pasokan elpiji ke desa), ada juga yang bilang, itu akan membunuh agen dan pangkalan. Saya setuju untuk 'membunuh' mereka. Kalau membunuh itu bisa mengurangi kejahatan lebih besar, saya lakukan. Kalau bahasa agama, itu membuat keputusan yang diukur. Manfaat atau mendarat yang lebih besar," kata dia.
Ahok menjelaskan tujuan Pertamina diberikan tugas subsidi tidak lain untuk menolong masyarakat ekonomi kelas bawah. Selain itu juga untuk mencegah terjadinya inflasi.
Tapi kenyataan di lapangan menurut Ahok, subsidi yang diberikan pemerintah justru dipermainkan oleh tingkat agen dan pangkalan yang tetap menjual elpiji bersubsidi dengan harga tinggi.
"Mereka jual dengan harga tinggi alasannya Pertamina tidak ada gas. Itu bohong. Karena barang semua dikirim ke desa, dan di sana sudah ada tengkulak. Dan mereka tidak peduli HET. Lempar alasan kemana-mana," ucap Ahok.
Menanggapi hal ini, Pertamina menyampaikan..