Bagi Wiko, tantangan UMKM yang menggeluti bidang kreatif adalah bekerja lebih keras dan lebih kreatif. Ini termasuk penyesuaian di era digital ketika berjualan tidak hanya berfokus secara offline. Menurut dia, yang paling susah bukan membaca tren tetapi membaca data.
“Misalnya saya suka warna merah, hitam, dan putih. Tapi nyatanya di pasar tidak laku. Makanya perlu pintar baca data. Jadi tantangan besar bagaimana mengesampingkan preferensi kita dan harus membaca fakta yang ada di lapangan. Setiap platform mempunyai marketnya sendiri,” kata dia.
Peran Tokopedia dalam membantu UMKM
Tokopedia melalui inisiatif Hyperlocal berupaya membantu pelaku usaha di Indonesia, khususnya UMKM lokal. Hyperlocal Tokopedia punya berbagai manifestasi, seperti Kumpulan Toko Pilihan (KTP) dan Dilayani Tokopedia.
“Hyperlocal Tokopedia membawa dampak ekonomi yang positif. Rerata persentase pertumbuhan ekonomi di kota tanpa Hyperlocal Tokopedia tercatat 1,26 persen. Sedangkan di kota dengan Hyperlocal Tokopedia angkanya lebih tinggi, yaitu 2,78persen,” Kepala Divisi Komunikasi Tokopedia, Antonia Adega.
Selama lebih dari 14 tahun berdiri, Tokopedia saat ini sudah terdiri dari lebih dari 14 juta penjual dan hampir 100 persen pelaku UMKM. Melalui Tokopedia, mereka memasarkan lebih dari 1,8 miliar produk kepada masyarakat di 99 persen kecamatan di Indonesia. Hyperlocal Tokopedia mendorong tumbuh kembang UMKM di Indonesia, termasuk Bali.
Berkat Tokopedia dan Hyperlocal, dalam hal ini KTP, usaha aksesoris lokal buatan tangan (handmade) yang didirikan oleh Wiko berhasil memperluas pasar dan meningkatkan penjualan di era digital.