EKBIS.CO, JAKAARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) akan mengirim tim ke markas Blackberry (BB) di Kanada untuk mendengarkan aspirasi produsen Blackberry (BB), RIM (Research in Motion).
Pengiriman itu diungkapkan Ketua Bidang Perdagangan BPP Hipmi, Harry Warganegara, dalam siaran persnya, Kami (15/9). Langkah itu untuk menanggapi keputusan RIM yang lebih memilih Malaysia sebagai pusat produksi Blackberry (BB).
Harry menilai "hengkangnya" pusat produksi Blackberry (BB) ke Malaysia sangat serius, karena pilihan tersebut benar-benar menunjukkan persepsi dan kondisi riil daya saing Indonesia (RI) di mata investor.
"Makanya kami kirim tim, mau dengar mereka mau curhat apa saja tentang kondisi riil daya saing kita. Tim akan berada di sana selama enam hari," kata Harry.
Rencananya tim Hipmi ini akan dipimpin oleh David Tampubolon (dari Badan Pengurus Pusat HIPMI). Tim Hipmi juga akan didampingi Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady.
Tim akan berangkat ke Kanada, Jumat (16/9) dan diharapkan pekan depan sudah melakukan audiensi dengan para petinggi RIM. Selanjutnya, Hipmi juga akan melakukan audiensi dengan pengusaha-pengusaha Kanada yang tergabung dalam Kadin Kanada (Chamber of Commerce of Canada).
Dikatakan Harry, selain mendengarkan curhat dari pihak RIM, tim juga siap membantu pemerintah melakukan lobi-lobi ke pihak RIM agar perusahaan tersebut masuk ke Indonesia.
"Tim akan berusaha membantu pemerintah melakukan lobi-lobi. Mungkin, sesama pengusaha curhatnya lebih pas dan sama-sama paham," papar Harry.
Harry menilai, peluang untuk membawa manufaktur BB di Indonesia masih terbuka dengan catatan pihak RIM dapat diyakinkan akan manfaat berinvestasi di RI dibandingkan Malaysia.
Hanya saja, Harry mengakui, dalam banyak hal, Malaysia memang lebih unggul. "Itu sebabnya, pengguna BB di Tanah Air jangan terkejut nantinya bila BB di tangan kita ditulis BB made in Malaysia. Padahal market kita 10 kali lebih besar dari mereka. Harusnya yang ada di tangan kita ini BB made in Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya, Hipmi menilai promosi investasi yang digencarkan pemerintah tidak efektif menarik minat pemodal. Sebab daya saing RI tak kunjung mengalami perbaikan bahkan mengalami penurunan.
Harry mengatakan, perusahaan besar seperti RIM dan BOSH lebih memilih Malaysia atau Singapura sebab daya saing infrastruktur dan manufakturnya lebih menarik dari RI.
Yang lebih mencengangkan, kedua negara itu menawarkan Indonesia kepada investor sebagai pangsa pasar menarik bila berinvestasi di Malaysia dan Singapura.
"Jadi yang membuat investor seperti RIM, BOSH dan perusahan pengolahan kakau Barry Callebout datang ke Singapura atau Malaysia, sebab daya saing dalam negeri mereka dan pasar yang besar Indonesia yang dekat dengan mereka. Dengan kata lain, Indonesia masuk dalam paket tawaran daya saing mereka. Ini kan menyakitkan," papar Harry.