Jumat 07 Mar 2014 18:56 WIB

PTDI Dapat Pesanan 100 Unit N219

Red: Agung Sasongko
Replika Pesawat N 219, produksi PT Dirgantara Indonesia
Foto: defense-studies.blogspot.com
Replika Pesawat N 219, produksi PT Dirgantara Indonesia

EKBIS.CO,   BANDUNG -- BUMN strategis PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mendapat pesanan sekitar 100 pesanan pesawat N219 yang rencananya akan diproduksi tahun 2015 untuk transportasi udara di dalam negeri.

"Pesawat N219 baru akan kerjakan, didesain tahun ini, dan dirakit tahun depan. Targetnya akhir tahun 2015 sudah bisa terbang," kata Dirut PTDI Budi Santoso di sela-sela kunjungan kerja Menperin MS Hidayat dan Menteri Perencanaan Pembangunan Negara (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Bandung, Jawa Barat, Jumat (7/3).

Ia mengatakan sebagian besar pesanan berasal dari maskapai di dalam negeri dan pemerintah daerah.

Diakui Budi bahwa pesanan tersebut masih berupa nota kesepahaman (MoU). "Biasanya MoU dulu, kalau sudah terbang baru 'bikin' kontrak," ujarnya.

Ia mengungkap pesawat N219 yang mampu mengangkut penumpang sebanyak 19 orang, memiliki potensi yang besar di Indonesia. Ia memperkirakan kebutuhannya bisa mencapai 100-150 unit pesawat kecil.

"Target (penjualan) kami minimum 100 pesawat, terutama untuk domestik dulu, baru kemudian ekspor ke negara tetangga," kata Budi.

Ditambahkan VP Marketing PTDI Arie Wibowo, sampai saat ini pihaknya telah menandatangani 120 MoU yang terdiri dari 50 unit sudah pasti pesan dan 50 unit lagi masih potensi beli, serta 20 unit pesanan PT Merpati Nusantara yang kini sedang tidak beroperasi.

"Pesawat N219 ini sangat bersaing harganya dengan pesawat sejenis Twin Otter dan Cessna Caravan," katanya.

Harga N219, lanjut dia, hanya sekitar 4-5 juta/unit, sementara Twin Otter dan Cessna Caravan bisa mencapai 6-7 juta/unit.

Menurut Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi pesawat N219 sangat cocok dengan kondisi di Indonesia yang membutuhkan penerbangan jarak pendek dengan landasan kecil.

"Awalnya pesawat ini didesain untuk Papua yang alamnya banyak pegunungan, dan sulit ditembus transportasi darat," katanya. Pesawat tersebut, kata dia, hanya membutuhkan landasan pacu sekitar 500 meter, sehingga cocok untuk penerbangan perintis yang jarak tempuhnya paling lama dua jam.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement