EKBIS.CO, JAKARTA – Naiknya biaya transportasi dan logistik tak bisa lepas dari mahalnya harga suku cadang angkutan umum. Harga suku cadang angkutan umum satu tahun terakhir naik rata-rata 15-30 persen.
Ketua Organsiasi Angkutan Darat (Organda) Eka Sari Lorena menilai kenaikan harga suku cadang ini tidak di antisipasi oleh pemerintah. Menurut dia, selama ini regulator lebih konsen mengantisipasi kenaikan harga, termasuk tarif angkutan yang disebabkan kenaikan BBM.
Padahal, ada komponen lain dari BBM yang turut menentukan harga angkutan umum dan barang. Dia mengatakan 60 persen dari sparepart angkutan umum masih impor. Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar juga turut mempengaruhi harga sparepart.
Eka mengatakan penurunan BBM yang dilakukan baru-baru ini tidak bisa menjadi dasar penruunan tarif angkutan umum. Harga solar hanya di turunkan Rp 250 menjadi Rp 7.250 per liter. Dibandingkan tahun lalu, kenaikan harga solar mencapai 39 persen, padahal 90 persen kendaraan umum menggunakan solar.
“Perlu keberpihakan yang jelas mulai dari harga BBM yang mengedepankan angkutan umum penumpang dan barang,” kata Eka, saat dihubungi, akhir pekan ini.
Dia mengatakan, jika pemerintah berkomitmen untuk melakukan revitalisasi angkutan umum penumpang dan angkutan barang untuk mengurangi kemacetan penurunan terbesar seharusnya lebih banyak diarahkan untuk transportasi umum.
Dia mengatakan penurunan harga solar Rp 250 per liter tidak akan berdampak terhadap transportasi umum. Padahal, harga premium turun hingga Rp 900 per liter. Dia mengatakan angkutan umum perlu diberi insentif, terutama penurunan suku bunga untuk revitalisasi kendaraan.