EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak mempengaruhi anggaran. Berdasarkan kurs tengah Jakarta Interbank Spor Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di level Rp 13.495 per dolar AS pada Selasa (4/8).
Sedangkan berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah berada di level Rp 13.472 per dolar AS pada penutupan Selasa. Rupiah menguat 0,28 persen atau 38 poin dibandingkan penutupan Senin (3/8) di level Rp 13.510 per dolar AS.
Bambang mengatakan, setelah subsidi bahan bakar minyak (BBM) hilang, anggaran hilang dari APBN. Sehingga, dampak pelemahan nilai tukar bisa menambah penerimaan dari migas, sedangkan dari sisi belanja ada kenaikan bunga utang. Namun, selisih tambahan penerimaan dari migas masih lebih besar dari bunga utang.
Menurutnya, tidak perlu ada perubahan anggaran, karena saat ini adalah pelemahan global dimana harga bahan baku turun. Termasuk industri di dunia baja juga turun.
"Harga baja yang akan dipakai untuk infrastruktur kita turun meskipun terjadi pelemahan rupiah, sehingga belanja modal tidak terganggu. Secara umum ini tidak mengganggu anggaran," jelasnya dalam konferensi pers di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Selasa (4/8).
Menurutnya, menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi saat ini beda dengan tahun 1997. Saat ini, pemerintah lebih menjaga stabilitas sambil mendorong pertumbuhan ekonomi. Stabilitas penting karena pada 1997 pertumbuhan ekonomi luar biasa tapi stabilitas tidak terjaga, sehingga ekonomi kolaps. Kalau stabilitas terjaga, lanjutnya, walau tekanan luar biasa ekonomi akan stabil.
Bambang mengamini realisasi belanja modal masih 15 persen di semester pertama. Namun, dengan pola berulang belanja modal akan naik pesat di semester kedua. Dia optimistis realisasi belanja modal akan berada di kisaran 80-85 persen sampai akhir tahun. "Kalau naik ke 85 persen, jadi naiknya 70 persen. Nah kenaikan 70 persen ini kami harap akan membuat pertumbuhan ekonomi semester kedua lebih baik," imbuhnya.