Ia berkeyakinan, jika memiliki suatu produk berkualitas, unik dengan harga terjangkau maka akan mendapatkan pangsa pasar sendiri. "Saya diajarkan cara membuat sepatu, cara membuat pola dan mendesainnya. Saya amati, sepertinya ini bisa diterapkan dengan menggunakan bahan baku dari pelepah pisang, dan mulailah saya mencoba, karena selama ini hanya menggunakannya untuk produk yang kecil-kecil saja (mudah)," kata dia.
Namun ide Suminah itu tidak semudah ketika ingin diaplikasikan menjadi suatu produk jadi. Terdapat beragam kendala yang harus dihadapi ketika ingin mendapatkan bahan baku berkualitas. Saat itu menjadi periode terberat Suminah. "Terkadang, muncul bisikan menyuruh saya berhenti dan perasaan bahwa saya tidak akan berhasil," ungkap Suminah.
Pelepah pisang yang memiliki serat bertekstur khusus yang menjadi keunggulan tersendiri ketika dibuat menjadi suatu produk karena menimbulkan efek unik. Di sisi lain, bahan ini juga memiliki kadar air yang tinggi serta sangat bergetah sehingga diperlukan suatu proses panjang untuk menjadi bahan baku yang benar-benar layak diolah menjadi sepatu.
"Saya sampai lupa, saking seringnya mencoba. Pelepah saya ambil dari kebun, saya potong-potong, kemudian dijemur, direndam, sampai berulang-ulang hingga benar-benar kering. Tapi faktanya masih lembab juga. Saya coba terus, sampai dikatakan tetangga tidak waras," kata dia.
Namun, upaya tak kenal henti itu akhirnya menemukan muara dan Suminah pun menemukan formula dengan cara dikeringkan menggunakan oven. Setelah yakin dengan formula yang ada, Suminah pun mulai membuat sepatu pertamanya bermodalkan desain dan pola yang didapatkan saat pelatihan. Lambat tapi pasti, akhirnya produk yang dihasilkannya mulai dilirik konsumen.
"Awalnya yang banyak memesan kalangan ibu-ibu pejabat, ada juga ibu bupati dan gubernur. Tapi sekarang sudah meluas karena produk memang didesain mengikuti perkembangan mode," kata dia.
Seiring dengan bertambah banyaknya pesanan, membuat Suminah harus merekrut tenaga kerja. Awalnya ia kesulitan, namun, dengan pendekatan akhirnya sejumlah tetangga mau memanfaatkan kesempatan ini. Kini, Suminah juga memberdayakan ibu-ibu di kampungnya yang sebagian besar petani untuk menjadi penyuplai barang baku pelepah pisang.
"Saya ajari mereka mengeringkan dan memilin pelepah pisang. Nanti mereka jual ke saya, berapa pun banyaknya akan diterima karena permintaan pasar selalu ada. Lumayan, ada sekitar 10 warga yang saat ini sudah mendapatkan penghasilan tambahan sekitar satu juta per bulan," ujar dia. (Klik tulisan 3)