Untuk lebih mahir lagi, beberapa dari mereka mau menimba ilmu pembuatan sepatu ke Balai Persepatuan Indonesia di Sidoarjo selama dua minggu. Sementara, Suminah yang bertindak sebagai pencari donator untuk membiayai mereka.
Rata-rata penduduk kampungnya itu sudah mahir memproses bahan baku, hanya saja untuk benar-benar membuat suatu produk jadi terbilang belum bisa karena terkendala ketersediaan bahan penolong, seperti kulit, heel, lem, insol, dan pengilap.
"Untuk bahan-bahan penolong ini harus dibeli di Jawa, karena tidak ada di Bengkulu. Lantaran itu, proses finishing masih saya yang melakukan. Tapi saya harap mereka pada akhirnya bisa membangun bisnisnya sendiri, karena pangsa pasar sangat terbuka. Saya sama sekali tidak takut tersaing, malah senang bisa membantu orang," kata dia.
Ia mengenang, awalnya hanya bermodal sendiri sekitar Rp 200 ribu. Namun berkat keuletan, usaha sudah beromzet Rp 40 juta per bulan dan memiliki lima orang pekerja, serta memberdayakan 10 orang warga sekitar. Harga sepatu juga relatif terjangkau yakni berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu karena ada ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah.
Berita ide bisnis lain:
Bermodal Kecil, Bisnis Kemasan Bisa Antar Jadi Jutawan
Usaha Unik, Kotak Jamur Growbox Bermodal Rp 500 Ribu
Inspirasi Usaha dengan Modal Cuma Gadget dan Internet