PGN melakukan inovasi dengan sedikit mengubah pola bisnisnya yang sebelumnya menyalurkan gas buatan menjadi menyalurkan gas bumi melalui pipa. Ini dilakukan pada periode 1974. Langkah ini bisa dibilang nekad karena saat itu penggunaan gas bumi untuk rumah tangga, komersial, industri dan pembangkit listrik belum berkembang karena harga BBM masih murah.
"Bahkan pada 1985, PGN harus menjual sebidang tanah di Jalan Zainul Arifin, Jakarta Pusat, untuk membiayai pengembangan pipa gas dan gaji pegawai," ungkap Maya.
PGN tetap optimistis dengan jalur bisnis mendistribusikan gas melalui pipa gas. Salah satu pertimbangannya, Indonesia sudah banyak bergantung pada BBM impor yang dijual murah (subsidi) dan ini terus membebani keuangan negara.
Sementara kata Maya, Indonesia memiliki produksi gas bumi yang cukup besar dan cadangan gas yang berlimpah, serta bisa menggantikan impor BBM selama ini. PGN kemudian melakukan pioneering dengan melakukan pembangunan infrastruktur pipa gas bumi di berbagai daerah.
Salah satu proyek besar adalah proyek pipa gas transmisi South Sumatera West Java (SSWJ) dengan panjang lebih dari 1.000 km. Pengembangan pipa-pipa gas distribusi pun makin terus dilakukan sehingga memperluas pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat.
"Dengan kerja keras, cucuran keringat dan air mata, PGN berhasil menyelesaikan pembangunan infrastruktur gas bumi tersebut. Hasilnya, PGN mulai rutin mencetak laba dan memberikan dividen kepada negara, hingga sampai saat ini PGN menjadi salah satu BUMN terbesar di Indonesia yang memberikan sumbangsih kepada negara," ungkap Maya lagi.