EKBIS.CO, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan baru akan mendorong ekspor pada Kuartal I 2017. Pada penutupan perdagangan akhir pekan ini rupiah ditutup sebesar Rp 13.383 per dolar AS, setelah bergerak di kisaran Rp 13.233- 13.873 per dolar AS.
Kepala Departemen Statitistik BI Hendy Sulistiowati menjelasman, ekspor kuartal IV sudah berjalan selama 1,5 bulan ini. Biasanya pada Desember pengiriman barang akan selesai pada minggu ke 2.
"Saya kira kalau ada dampaknya justru belum dirasakan. Karena ekspor yang dikirim itu adalah kontrak yang sudah setahun. Dia hanya memenuhi kekurangan. Kalau memang ada dampaknya itu pasti di ekspor kita di kuartal 2017," ujar Hendy di Gedung Bank Indonesia, Jumat (11/11).
Menurut Hendy, ekspor yang membaik karena disebabkan permintaan dunia yang membaik untuk manufaktur. Sedangkan barang primer karena harga-harga yang membaik sehingga ekspor membaik.
Hendy menuturkan, ekspor Indonesia ke AS selama dua kuartal membaik. Di kuartal III ekspor negatif karena ada bulan dimana hari perdagangan hanya selama 2 pekan, yaitu di bulan Juli.
"Saya berharap ekspor kita di tekstil, karet itu memang bersaing tidak ada unsur perdagangan sehingga bisa terus berlangsung meski ada perubahan kebijakan," katanya.
Sementara itu defisit neraca transaksi berjalan (Current Account Deficit) Indonesia pada kuartal III-2016 membaik menjadi 1,83 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai 4,5 miliar dolar AS, atau turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 2,16 persen dari PDB.
Penurunan defisit transaksi berjalan di kuartal III-2016 karena membaiknya ekspor impor, yakni naiknya surplus neraca perdagangan barang untuk non migas menjadi 5,3 miliar dolar AS, dan menurunnya defisit neraca barang untuk migas menjadi minus 1,3 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya.