EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga komoditas pangan telur ayam ras di pasar tradisional kembali bergejolak. Belum diketahui penyebab pasti faktor pemicu harga telur sehingga terus dalam tren kenaikan.
Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata nasional harga telur sebesar Rp 27.050 per kilogram (kg) atau melebihi dari acuan pemerintah yang baru dinaikkan menjadi Rp 24 ribu per kg. Harga konsiten naik dari pekan lalu yang masih sekitar Rp 26.300 per kg.
"Telur ini memang agak kompleks di pasar sampai Rp 27 ribu per kilogram. Kami masih mengidentifikasi persoalan ini," kata Mansuri kepada Republika.co.id,Kamis (23/7).
Menurutnya, distributor telur terbesar terdapat di Jawa Timur. Ia mengatakan, kenaikan harga tersebut bisa disebabkan oleh tersendatnya distribusi akibat situasi pandemi Covid-19. Namun, tak menutup kemungkinan merupakan pengaruh dari produksi di hulu.
"Kami juga sedang menghubungi beberapa kelompok peternak, akan terus kami update," kata Mansuri.
Mengacu data terakhir Badan Pusat Statistik, komoditas telur ayam ras menjadi penyumbang besar terhadap inflasi sepanjang Juni 2020. Telur memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen. Sementara daging ayam ras bahkan juga menyumbang inflasi sebesar 0,14 persen pada bulan lalu.
BPS pada pekan lalu juga menyatakan bahwa kenaikan harga sembako menjadi faktor utama dalam peningkatan angka kemiskinan di Indonesia. Pada periode September 2019-Maret 2020, harga telur ayam ras di tingkat konsumen naik hingga 11,10 persen, terbesar kedua setelah gula yang naik hingga 13,5 persen.
Komoditas lain yang mengalami kenaikan dan berpengaruh terhadap angka kemiskinan yakni beras 1,78 persen, daging ayam ras, 7,06 persen, serta minyak goreng yang harganya naik 7,06 persen.