EKBIS.CO, JAKARTA -- Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nur Komaria menyayangkan batalnya gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia. Padahal itu merupakan perhelatan besar yang jarang terjadi.
Akibat pembatalan tersebut, kata dia, menghilangkan potensi ekonomi yang sudah diharapkan berefek ke berbagai sektor seperti wisata, transportasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Apalagi, beberapa persiapan juga sudah dilakukan.
"Termasuk yang saya baca terakhir persiapan mesin untuk lapangan standar FIFA juga sudah sampai. Yang pasti ini cukup memilukan," ujarnya kepada Republika, Kamis (30/3/2023).
Seharusnya, lanjut Nur, Piala Dunia U-20 bisa menjadi momentum kebangkitan UMKM lokal dengan bahan lokal yang terstandar. Ia pun menyayangkan merchandise Piala Dunia U-20 yang sudah diproduksi sejumlah UMKM.
Hanya saja dirinya belum tahu, apakah merchandise tersebut tetap digunakan dan dijual atau tidak. Itu karena, izin vendor merchandise ditunjuk langsung oleh FIFA.
"Hal lain juga dengan trailer soundtrack U-20 juga dihapus dari website FIFA. Padahal rencananya dirilis tanggal 31 besok," tuturnya.
Sebelumnya, PT Juara Raga Adidaya mengaku sangat terdampak akibat pembatalan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia. Alasannya, pemegang lisensi merchandise resmi Piala Dunia FIFA U-20 tersebut telah memproduksi 53 jenis merchandise.
Juara Raga menyatakan, itu jumlah produksi terbanyak dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia FIFA U-20. Terkait nasib merchandise tersebut, perusahaan mengatakan tengah berkoordinasi dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).