Tahun 2016, Sritex berhasil menerbitkan obligasi global senilai 350 juta dolar AS yang jatuh tempo pada 2021. Pada 2017, Sritex kembali menerbitkan obligasi global senilai 150 juta dolar AS yang akan jatuh tempo pada 2024.
Sritex mencatat rugi bersih 14,8 juta dolar AS atau setara Rp235 miliar pada kuartal I 2024 atau periode Januari-Maret. Kerugian itu lebih tinggi 61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9,2 juta dolar AS. Per 31 Maret 2024, saldo laba Sritex defisit 1,18 miliar dolar AS atau hampir Rp 2 triliun.
Menurut Bursa Efek Indonesia, per 31 Maret 2024, Sritex memiliki 11.249 karyawan. Padahal pada akhir Desember 2023, mereka masih mempunyai 14.138 karyawan. Artinya dalam kurun tiga bulan, perusahaan tersebut memecat lebih dari 3.000 pegawainya.
Saham Sritex telah dibekukan perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 18 Mei 2021. Saham SRIL bertengger di angka 146 per saham.