EKBIS.CO, JAKARTA--Siapa yang untung dari kisruh Citibank di Indonesia? Analisis terbaru dari The Economist mengatakan, perbankan Singapura bisa mengeruk kesempatan di balik kesempitan kasus Citibank.
The Economist menurunkan artikel berjudul 'Fraud and Death in Indonesia', Kamis (7/4). Laman bergengsi ini menganalisa secara umum bagaimana dua kasus Citibank terjadi bersamaan. Yaitu kasus dugaan penggelapan dana nasabah dan kasus penganiayaan berujung tewasnya nasabah kartu kredit Citibank oleh debt collector.
"Dua skandal ini secara umum mengancam kepercayaan kredibilitas perbankan Indonesia," demikian Economist. Menurut artikel tersebut, tingkat profesionalitas dunia perbankan Indonesia beberapa tahun terakhir sudah cukup baik. Ketimbang sektor-sektor usaha lainnya.
Apalagi bank yang kini kena skandal, Citibank, bukanlah bank kacangan. Citibank terkenal dengan layanan premiumnya dan tergolong pemimpin pasar perbankan dengan HSBC. "Dengan skandal ini, perbankan Singapura akan menangguk untung. Mereka dapat mempermudah syarat pembukaan rekening nasabah dari Indonesia. Dan ini tampaknya akan terjadi beberapa pekan ke depan," demikian analisa Economist.
The Economist juga mengingatkan bahwa skandal perbankan di Indonesia bukan hal yang baru. Pada krisis ekonomi 1997, skandal BLBI merebak dan merugikan uang rakyat triliunan rupiah.
Malahan di awal-awal masa pemerintahan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terungkap skandal Bank Century, yang hingga kini belum tuntas.